inna maal usri yusron 1
04.52.00
kita sangat senang berada dalam kondisi kebahagiaan, karena pada dasarnya itulah yang dicari oleh manusia. rumus kebahagiaan ini kemudian bisa dirujuk oleh banyak orang dalam buku-buku dan literatur lainnya. khusus untuk orang islam, mereka akan merujuk rumus kebahagiaan didalam al-qur'an. rumus kebahagiaan ini dijanjiakan didalam alqur,an bahwa akan didapatkan lebih banyak daripada kesusahan yang dijalani manusia
Al Quran menjanjikan dengan kalimat "inna maal usri yusroon", dalam surat tersebut disebutkan selama dua kali, itupun menggunakan lafadz "inna" di awal kalimat yang merupakan bentuk "ta'kid" atau penguatan atas kebenarannya. kata inna maal usri yusroon ini bermakna "sesungguhnya setelah kesusahan terdapat kemudahan". selain dibubuhi kata ta'kid tadi, lafadz "al" sebelum kata "usri (kesusahan)" adalah tanda ma'rifat (khusus), sementara kata "yusron" bentuknya adalah umum. maka dalam hal ini kesusahan yang sifatnya khusus tersebut akan diiringi kenudahan yang sifatnya umum.
saya kurang referensi untuk mengatakan bahwa tafsiran diatas , terkait dengan umum dan khusus tersebut, diartikan oleh sebagian kalangan menjadi "satu kesusahan yang terjadi akan dibalas dengan kemudahan yang banyak".tapi menurut saya, ayat diatas tidaklah menjanjikan hal yang demikian. pemaknaan kesusahan yang khusus akan diikuti dengan kemudahan yang umum tersebut menurut saya adalah bahwa dalam kesusahan yang dialami manusia itu akan spesifik, contohnya adalah ketika manusia mengalami kecelakaan. ini merupakan kesusahan yang sangat spesifik. hal ini kemudian diikuti oleh kemudahan yang umum yaitu muncullah sebuah kemudahan yang terkadang bisa didapat dari hasil kecelakaan tersebut atau tidak melalui hasil kecelakaan tersebut seperti: banyaknya orang yang memberikan pertolongan, selamatnya orang tersebut dari perbuatan dosa yang akan dilakukan, dsb (dalam hal kemudahan melalui hasil dari kecelakaan tersebut) atau akan ada kebahagiaan yang secara tiba-tiba akan didatangkan kepadanya tanpa sangkut paut kecelakaan tersebut, seperti ketentraman hati, diterima kerja dan lain sebagainya.
ini hanya penafsiran saya, saya bukan pak ustadz, orang pintar
ole : Ahmadi Hasanuddin Dardiri
Al Quran menjanjikan dengan kalimat "inna maal usri yusroon", dalam surat tersebut disebutkan selama dua kali, itupun menggunakan lafadz "inna" di awal kalimat yang merupakan bentuk "ta'kid" atau penguatan atas kebenarannya. kata inna maal usri yusroon ini bermakna "sesungguhnya setelah kesusahan terdapat kemudahan". selain dibubuhi kata ta'kid tadi, lafadz "al" sebelum kata "usri (kesusahan)" adalah tanda ma'rifat (khusus), sementara kata "yusron" bentuknya adalah umum. maka dalam hal ini kesusahan yang sifatnya khusus tersebut akan diiringi kenudahan yang sifatnya umum.
ini hanya penafsiran saya, saya bukan pak ustadz, orang pintar
ole : Ahmadi Hasanuddin Dardiri
belajarlah dari mereka
18.04.00Thief punishment in Islam seen by Normative Approach and Historic Approach
03.30.00aku percaya??
23.02.00BANGSA YANG BERMATEMATIKA
22.09.00
Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam proses peningkatan mutu sumber daya manusia. Pendidikan sejatinya merupakan kewajiban Negara sebagaimana tercantun dalam Pembukaan UUD 1945 alenia keempat dan pasal 31 UUD 1945 tentang pendidikan dan kebudayaan . Tugas negara ini kemudian ditindak lajuti dengan adanya UU Sisdiknas tahun 2003 dan dijalankan oleh Pemerintah. UU Sisdiknas mengatur berbagai hal mengenai pendidikan, diantaranya wajib belajar 9 tahun, adanya bantuan bagi warga Negara miskin dalam mengikuti proses pembelajaran hingga adanya pengaturan Ujian Akhir Nasional (UAN) sebagai standarisasi kelayakan setiap siswa dalam untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya.
UAN adalah Kegitan rutin tahunan agenda pemerintah dalam menjalankan kewajibanya untuk mencerdaskan bangsa, akan tetapi dalam pelaksanaanya banyak menimbulkan permasalahan disetiap tahunnya. Hal ini bisa dilihat dari UAN SMA tahun tahun 2012 yang diselenggarankan pada tanggal 16-19 April 2012 tersebut banyak menimbulkan permasalahan, mulai dari kasus jual beli soal dan jawaban palsu yang terjadi di kendari , kunci jawaban yang diberikan oleh guru kepada murid sekolahnya, dan masih banyak lagi kecurangan yang terjadi.
UAN merupakan suatu fase dimana seorang siswa akan mempertanggungjawabkan semua masa studinya dalam setiap jenjang tertentu. Ujian Nasional tersebut, meskipun sekarang ini juga mencantumkan beberapa mata pelajaran lain, akan tetapi semua siswa akan mengerjakan tiga mata pelajaran yang sama diseluruh Indonesia yaitu Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Tulisan ini akan membahas substansi ilmu matematika dan hubunganya dengan Islam dalam proses pendidikan karakter bangsa.
Substansi Matematika
Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan, karena dalam ilmu matematika terdapat logika dan simbol. Meski banyak sekali pengertian mengenai matematika, tapi penulis hanya mengambil dua pengertian matematika yang dirumuskan oleh  Johnson dan Rising yang mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis dan bahasa dengan menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Sementara James dan James dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Dari dua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika sangat erat sekali dengan simbol dan didalam penggunaan sebuah simbol perlu adanya sebuah penerimaan atas makna simbol dan konsistensi atas penerimaan makna simbol tersebut. Kata “tiga” dihukumi sama dengan sebuah simbol “3” dalam matematika, simbol tersebut tidak dapat dimaknai atau disejajarkan dengan kata “empat” maupun kata “lima”. Kita semua tentunya juga akan menerima makna simbol tersebut dengan kata “tiga” sebagaimana orang lain menerima hal tersebut. Sehingga dalam hal ini ilmu matematika menuntut kita untuk melakukan penerimaan atas kesepakatan simbol ini.
Selain dari penerimaan atas penggunaan simbol tersebut, kita tentunya juga harus memiliki sikap konsisten dalam mensejejarkan antara kata “tiga” dan simbol “3”, jika dalam sebuah pembelajaran, kita berlaku tidak konsisten dalam penerimaan tersebut, maka kita menjadi salah dan hasil proses pembelajaran tersebut dianggap gagal.sebagai contoh angka 3 merupakan hasil dari 1+1+1, sehingga jika angka 3 dikurangi satu, maka akan menjadi dua. Dan ini berlaku paten dan terus menerus semacam ini tanpa ada perubahan. Kedua komponen sikap menerima dan konsisten dalam ilmu matematika yang sangat penting ini ternyata tidak hanya wajib diterapkan dalam proses pembelajaran, tetepi juga dalam proses beragama dan bermasyarakat.
Matematika Dimensi Sosial
Dua Subtansi dasar yaitu penerimaan dan konsistensu yang terdapat dalam matematika diatas, ternyata memiliki sebuah pembahasaan yang lain didalam agama. Pertama, Kata Islam dalam bahasa arab bermakna ketundukan, kepasrahan dang kepatuhan . Sehingga dalam prakteknya umat Islam adalah mereka yang patuh dan taat atas ajaran agama yang diberikan oleh Allah. Kedua, dalam islah mengenal kata istiqomah yang bermakana konsisten. Perintah untuk selalu bersikap konsisten ini mengacu pada hadist Rasul Muhammad SAW di bawah ini.
“Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah .”
Pertama, dalam penerimaan sebagaimana yang terdapat di matematika, Islam memiliki konsep tersendiri dalam menyatakan kepatuhan atau penerimaannya. Hirarki kepatuhan dalam islam ini dimulai dari dari kepatuhan kita sepenuhnya terhadap Allah dan Rasulnya tanpa batas dan kepatuhan kepada pemimpin atau ulil amri dengan batasan selama perintah dari ulil amri tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Agama. Hal ini terbukti dengan adanya firman Allah SWT dalam surat An-nisa:59
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”
Meski banyak perbedaan mengenai sipakah ulil amri yang disebutkan dalam ayat ini, akan tetapi pada dasarnya, ketaatan atas ulil amri jelas sekali tidak disertai dengan kalimat “taat”. Hal ini menunjukkan bahwa kepasrahan yang diberikan kepada ulil amri tersebut berbeda halnya dengan ketaatan yang harus kita berikan kepada Allah dan Rasulnya. Ketaatan yang diberikan kepada Allah dan Rasulnya haruslah secara penuh dan menyeluruh, sementara ketaatan yang diberikan kepada ulil amri terbatas selama itu tidak melanggar perintah Allah dan Rasulnya.
Kedua, terkait dengan Konsistensi atau sifat istiqomah yang harus dilakukan setelah proses penyerahan diri atau atas penerimaan agama diatas dilakukan secara penuh dan terus menerus. Hal ini dikarenakan adanya bentuk shighat amr pada hadist nabi yang menggunakan kata “istaqim”. Kaidah ushul menyatakan bahwa Al-ashlu fii al amri lil wujub yang bermakna asal dari perintah adalah sebuah kewajiban. Sehingga konsistensi setelah penerimaan atas penyerahan diri tersebut merupakan sebuah keharusan yang harus dijalani oleh semua orang.
Kesimpulan
Permasalahan di Negara ini sangatlah banyak, jalan keluar melalui perbaikan system ekonomi, hukum maupun pendidikan telah banyak dilakukan dalam pencarian jalan keluar dari kompleksitas permasalahan yang terjadi di Indonesia, tetapi hasilnya memang sangat belum memuaskan. Orientasi pendidikan yang bergeser dari study oriented berubah menjadi business oriented dan komersialisasi pendidikan dan gelar pun saat ini menjadi tujuan utama.
Pendidikan merupakan factor penting dalam perbaikan individu sangatlah penting, apalagi dalam wajib belajar 9 tahun kita sebenarnya telah diwajibkan untuk mempelajari ilmu yang dapat merubah karakter bangsa ini menjadi lebih baik, akan tetapi hal tersbut belum banyak disadari oleh anak bangsa. Matematika sebagai salah satu dari tiga mata pelajaran wajib di Indonesia seharusnya dapat membentuk karakter bangsa yang sangat bagus dengan adanya dua konsep dasar dalam pembelajaran dasar matematika yaitu penerimaan dan konsistensi.
Dua inti dalam proses pembelajaran matematika ini jika disadari dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akan sangat baik sekali, karena pada nantinya akan mengurangi kebobrokan moral yang terjadi di Indonesia. Selain itu mayoritas umat islam yang ada di Indonesia juga dapat mengokohkan fondasi keimanan dan ketaqwaannya dengan konsep yang juga telah diatur dalam islam sehingga akan sangat mudah diterima dan dilaksanakan oleh warga Negara Indonesia. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, penulis ingin mengajak seluruh bangsa ini untuk berusaha menerapkan inti metematika tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara supaya bangsa ini dapat menjadi lebih baik. Mari bersama menjadi bangsa yang bermatematika kepada Allah, kepada RasulNya, dan Negara.
DAFTAR BACAAN
• Abdul Hamid Hakim, Mabadi’ Awwaliyah, Maktabah Sa’adiyyah Putra, Jakarta.
• Al-Qur’an dan Terjemahanya.
• http://rickyacub.blogspot.com/2012/04/definisi-matematikailmu-alamiah-dasar.html di akses pada tanggal 19 April 2012.
• http://www.sarjanaku.com/2011/06/pengertian-matematika.html di akses pada tanggal 19 April 2012.
• Imam Nawawi, Hadist Arba’in An Nawawiyyah, Media Insani Prees, Surakarta, 2003.
• Undang- undang Dasar 1945 Republik Indonesia.
• Zuhdi Muhdhor, Kamus Kontemporer (al-Ashri) Arab- Indonesia, Multi Karya Grafika, Yogyakarta, 2003.
Biodata Penulis:
.Ahmadi Hasanuddin Dardiri, biasa dipanggil Acan. Lahir di Solo, tepatnya 44 tahun setelah hari kemerdekaan Indonesia atau 17 Agustus 1989, saat ini tinggal di Pondok Pesantren UII, Jln Selokan Mataram, Dabag, Condong Catur, Depok, Sleman Yogyakarta. Dan menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia angkatan 2009, mulai terlibat dalam dunia tulis menulis sejak masuk di MAPK Surakarta dan sebagai satu-satunya penghuni dunia maya yang beralamatkan di acan_elhasby@yahoo.co.id dan pengguna resmi no handphone 08562814880