ACANESIA
the true contemplation of something complicated...

kado tuk aisyah

Labels:
Kado Untuk Aisyah
              Terik panas menyengat dari benda yang tergantung di atas sana, sinaran matahari siang ini membuatnya mengeluarkan banyak keringat dari badannya,beralaskan sandal jepit di atas aspal trotoar di perempatan jalan ini, gadis kecil yang kira-kira jika ia melanjutkan sekolah akan duduk di kelas 2 SMP itu tetap semangat mengais receh untuk mencukupi kebutuhannya.
              Gadis berambut ikal tersebut sudah memulai bergelut di jalannya sejak dia duduk di kelas 4 SD,lima tahun lalu,ketika ayahnya di PHK dari pabrik di tempat ia bekerja,karena pabrik tempat ia bekerja ludes terbakar, ayahnya yang putus asa untuk mendapatkan pekerjaannya kembali karena bermodal ijazah SD itu akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan menegak racun serangga.
              Tapi hari ini kesedihan tak tampak sedikitpun dari wajh gadis kecil ini,aku masih menatapnya dari kejauhan, kulihat ia mulai menepi ketika lampu lalu-lintas itu mulai berganti warna menjadi hijau.
              “Ais…!Aisyah…!”teriaku kencang sambil berlari menuju arahnya.
              Ya Aisyah lah namanya sejenak ku perhatikan wajah itu menyiratkan sebuah kegembiraan senyumnya mengembang lebar ,Ia melambaikan tangan kanannaya yang masih memegang alat pencari nafkahnya, alat itu di buat dari tutup botol yang di pakukan sebuah kayu.
              “Lho….kak Acan enggak sekolah?”tanyanya sambil memandangiku yang masih mengenakan seragam putih-abu serta menggendong tas hitam di pundakku.
              “tidak,kak Acan hari ini pulang pagi” jawabku singkat.
              gadsi kecil yang sudah ku anggap seperti adikku sendiri,- karena memang aku anak tunggal dari kedua orang tuaku -ini senang sekali memanggilku dengan sebutan Acan yang katanya lebih keren dari pada nama Ahmadi hasan yang di berikan oleh kedua orang tuaku, tapi apa arti sebuah nama bagiku nama, bagiku nama hanyalah sarana pembeda diantara manusia agar lebih mudah di kenal,tidak lebih.
              Kulirik jam tanganku menunjukkan jam sebelas siang, biasanya aku menemui Aisyah di tempat ini pukul lima sore, karena aku mengikuti les tambahan di sekolahku setiap harinya hingga pukul setengah lima sore.
              “Aisyah belum makan siang kan?”tanyaku sambil mengharapkan jawabnya dengan sebuah anggukan kepala yang nantinya dapat membuatku mengajaknya makan bersama di rumah makan padang yang terletak di seberang jalan sana.
              Sejenak ia menatapku kemudian menganggukkan kepalanya, hatiku terasa senang sekali karena mendapatkan kesempatan makan bersamanya, biasanya kalo di sore hari aisyah selalu menjawab”Aisyah sudah makan kak”tapi kali ini akhirnya aku bisa mengajaknya makan bersama.
              Tanpa banyak kata, aku langsung menarik tangan kirinya Aisyah dengan tangan kananku sebagai isyarat agar ia mengikuti langkahku sejenak ia coba menarik tanganku dari genggamanku tapi kemudian dia mengikutiku saat aku menariknya dengan sedikit keras.
 
  #
              tampak bingung wajah aisyah ketika ku ajak masuk ke rumah makan padang Ia menghentikan langkahnya kemudian melihatku, aku yang melihat hal itu hanya mengangguk tand a bahwa semuanya beres.
              “apa di sini gak terlalu mahal kak?”tanyanya tiba-tiba.
  ” kenapa gak di warung mbok Nah yang murah?”lanjutnya sembari menolehkan pandangannya menoleh gubuk kecil yang berada di sisi seberang jalan yang lain.
  “sudah biasa ,sekali-kali bolehkan kesini?”jawabku seketika sambil membawanya masuk kedalam rumah makan padang tersebut.
              Sudah sebulan ini aku mengenal  gadis kecil ini banyak sekali cerita tentang kerasnya kehidupan di jalanan yang ia hadapi di perempatan ini, pekerjaan ini ia lakukan hanya untuk menghidupi dirinya sendiri serta menambah biaya penghasilan ibunya, dan sebagian dari hasil jerih payahnya tersebut harus ia setorkan  pada bosnya yang memberi izin kepadanya untuk mengamen di perempatan ini.
              Pernah sekali aku mengunjungi rumahnya yang terletak di pemukiman  bawah jembatan di kota ini, gibuk kecil yang ia sebut sebagai rumah itu hanya sebesar kamarku di rumah ,tidak ada ranjang ,kursi atau yang lain, seluruhnya hanya beralaskan tanah.
              Ibunya yang terlihat lebih tua dari semestinya itu, hanya bekerja sebagai penjual gorengan kecil di terminal yang hasilnya tak seberapa untuk mencukupi kebutuhan mereka berdua.
              Rumah makan padang itu terlihat sepi,hanya dua meja yang terisi meja yang di pojok diisi oleh gerombolan para mahasiswa dan yang satunya lagi tampak seorang bapak sedang makan sendirian.
              Aku sengaja memilih meja yang terletak agak jauh dari mereka karena aku takut jika Aisyah menjadi tersinggung jika orang-orang itu terlalu memperhatikan dirinya, orang seperti dia memang sering di pandang sebelah mata oleh orang pada umumnya, tapi bagiku lain, aku lebih merasa  bahwa Aisyah merupakan orang yang hebat, mandiri, dan kuat di atas kodratnya sebagai perempuan.
              Di sela-sela makannya Aisyah mengeluarkan beberapa sobekan novel dari saku celananya, seketika mataku terbelalak melihat apa yang di lakukan Aisyah, ku perhatikan cover novel yang lusuh itu, sejenak hatiku tergerak untuk membimbing tanganku  mengambil cover novel yang tergeletak di depannya.
              Aisyah masih asyik dengan sobekan-sobekan novelnya bahkan dia tak menoleh sedikitpun ketika aku mengambil covernya, hatiku semakin terkejut ketika aku melihat covernya bergambarkan mata seorang wanita bercadar.
              “Masya Allah”jeritku dalam hati aku benar-benar tidak menyangka bahwa novel yang berada di tangannya tersebut adalah novel fenomenal yang di tulis Habiburrahman el-shirazy, novel yang sanggup menyulap penulis-penulis Indonesia untuk membuat kisah cinta yang di bungkus dengan nilai-nilai islami.
              “Aisyah suka baca novel ya?”tanyaku padanya membuat dia sedikit terkejut.
              “eh….enggak kok kak! Aku Cuma suka baca-baca aja, kalo ada buku yang tececer di sekitar rumah aisyah, biasanya aisyah ambil hitung-hitung buat latihan baca sama ngisi waktu, dari pada bengong “jawabnya polos membuatku semakin terkagum padanya 
              Matahari mulai condong ke barat, aku berpamitan pulang pada aisyah, tapi entah apa yang aku rasakan saat ini aku akan seperti kehilangan sesuatu yang selalu ingin kujaga, jiwa lelakiku memberontak ingin memberikan sebuah perlindungan terhadap gadis kecil ini.
  “Kak Acan….!Besok-besok main kesini lagi ya!”serunya sambil berteriak karena aku memang sudah berjalan menjahuinya beberapa langkah
              “ya…!”seruku sambil melambaikan tangan ke arahnya
 
  #
  Angin malam ini berhembus kencang udara ini membuat rambutku berantakan aku masih saja sendiri di beranda kamarku yang berada di lantai dua, perasaaan sepi tiba-tiba menghampiri hatiku merasa gelisah .setelah termenung agak lama akhirnya kubawa langkahku menuju ke dalam kamar
  Kupandangi kamarku yang berukuran lumayan lebar ini, kegelisahan menggelayuti dalam hati. Ku rebahkan badanku di atas ranjang, kularikan pandanganku ke arah kalender yang bergantung tak jauh dari ranjangku kalender berwarna putih yang biasa ku beri tanda jika ada hari spesial itu membuatku sedikit terkejut, kemudian kubimbing langkahku menuju kalender tersebut
  “oh….kenapa aku bisa lupa?”ucapku dalam hati.
  tidak terasa tiga minggu lagi aisyah akan beranjak lima belas tahun dan aku yakin bahwa dia tidak akan pernah merayakan hari kelahirannya, karena dulu waktu aku tanya berapa umurnya ia hanya menjawab “aku lahir 4 april 1992”begitulah jawaban yang ia berikan, karena ia tak tahu pasti berapa umurnya.
  ada sedikit rasa kegembiraan dalam hatiku, aku berharap tiga minggu ini akan berlalu begitu cepat dan keindahan di hari itu akan kulewati dengan membuatnya merasakan kesenangan di hari ulang tahunnya yang ke lima belas ini.
  “tapi hadiah apa yang bisa ku berikan kepadanya nanti?”tanyaku dalam hati.
  tiga minggu memang bukan waktu yang panjang dan aku harus memberikan hadiah yang istimewa padanya”tapi apa?membuatkannya pajangan dinding dari kaligrafi pasti memakan waktu lama, apalagi merajut pakaian?” tidak mungkin.
  “Aku harus memberikan hadiah yang berasal dari karyaku sendiri bukan dari orang lain!”tekadku berucap, karena menurutku jika kita sayang kepada seseorang maka kita harus memberikan sesuatu yang terbaik yang kita punya
  aku masih berusaha keras memikirkan hadiah yang aku berikan nantinya kepada adik kesayanganku itu, setelah lama aku berpikir akhirnya mataku tak bisa menahan rasa kantuk yang menyerang perlahan-lahan, kedua mataku mulai tertutup sebelum ahirnya diriku terkelap dalam tidur.
  #
  Tiga minggu kemudian.
  pagi itu langit terasa begitu cerah matahari bersinar cerah seakan memberikan sebuah senyuman padaku dari ufuk timur sana, kumasukkan bingkisan kado yang telah kubungkus rapi berhiaskan bunga plastik itu ke dalam tas dan berharap aisyah akan senang menerima surprize yang akan aku berikan kepadanya siang ini.
  Seusai pelajaran sekolah aku langsung melesat ke ruang guru  meminta izin padanya untuk tidak mengikuti les siang hari ini karena urusan keluarga. itulah alasan yang aku ucapkan pada guruku agar aku dapat menepati janjiku untuk bertemu aisyah siang ini.
  Sesampainya di perempatan jalan sana kulihat aisyah sedang duduk sambil berteduh di pinggir jalan sana ku hentikan langkahku dan kuatur nafasku agar aku tidak terlihat ngos-ngosan di hadapannya, meski telah berlari kecil dari sekolahanku aku tidak merasakan letih sedikitpun, kulangkahkan kakiku untuk mendekatinya
  “Aisyah….!”sapaku kepadanya setelah memang jarakku terasa dekat dengannya.
  “Oh…..kak acan duduk sini kak!”ucapnya sambil menggeser badannya ke arah kiri,tanpa banyak kata aku langsung duduk di sebelah kanannya sambil memberikan senyuman termanis yang aku punya meski banyak orang yang menilai wajahku ini tampak bengis, tapi aku yakin kalau aku masih bisa tersenyum manis.
  “Ada apa sih kak? Pakai janjian segala kemaren?”tanya aisyah penasaran
  “nggak apa-apa kok! Aku Cuma kasih tau ke kamu kalo hari ini adala hari rabu tanggal empat april, hari ulang tahun kamu!”seruku gembira kemudian mengucapkan selamat padanya yang masih terkejut dengan kata-kata yang aku ucapkan.
  “Dan kakak ingin ngasih ini buat kamu yang lagi ulang tahun!”sambungku seraya menyerahkan bingkisan berwarna merah muda yang kukeluarkan dari dalam tasku.
  senyumnya aisyah merekah, kegembiraan begitu terpancar dari rona wajahnya yang hitam manis itu,dengan semangat ia membuka kado yang aku berikan, wajah itu sedikit terkejut setelah memandang namaku yang tertulis di sampul novel yang aku hadiahkan itu.
  “I….ni…ka….kak..?”tanyanya terbata-bata
  aku hanya mengangguk kecil, dan tak kusangka gadis itu akan meluapkan kegembiraannya dengan memeluk tubuhku, ku biarkan aisyah memeluk tubuhku karena aku tak ingin menghentikan kegembiraaan itu untuk selamanya.
 
0 comments:

Posting Komentar

it's just me

Foto saya
the student of indonesian islamic university......... faculty of law 2009

acan's music

Acan's Facebook